Nama kegiatan : "1 NUSA 1 BANGSA 1 BAHASA 1 BUMI"
Pembicara : Kardi Suhendra
Waktu dan Tempat : Sabtu 9 April 2011, balai desa
Pada 27 Oktober 2007 Komunitas Pangrango mengadakan acara “1 Nusa 1 Bangsa 1 Bahasa 1 Bumi” dalam rangka Perayaan 79 Tahun Sumpah Pemuda (1928 - 2007). Acara berlangsung di Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dan dimulai pada jam tujuh pagi sampai petang. Acara ini disponsori oleh PT Excelcomindo Pratama (Tbk).
Segenap proses acara ini melibatkan sekitar 56 orang dari Bali, Jawa Timur dan Jakarta dalam berbagai bidang. Sebanyak 34 orang di antaranya turun ke lapangan pada hari-H sedang selebihnya terlibat dalam tahap persiapan taman bacaan dan pasca-acara.
Kegiatan ini mendapat liputan 2 radio siaran swasta, 1 internasional, dan 1 media cetak. Jaringan Radio Delta FM di 22 kota se-Indonesia mengudarakan wawancara dengan salah seorang panitia acara ini dari Surabaya pada 26 September 2007.
Publikasi pasca-acara berlangsung pada 5 November 2007 di Radio Elfara Malang. Satu media cetak yang mengabarkan acara ini adalah Surabaya Post pada 29 Oktober 2007. Stasiun radio BBC sedang dalam proses pengudaraan wawancara perihal “1 Nusa 1 Bangsa 1 Bahasa 1 Bumi” ini di media mereka.
Berikut ini laporan pelaksanaan dan keuangan kegiatan. Pertama-tama akan dipaparkan serba-singkat pelaksanaan pada hari-H. Bagi mereka yang suka angka digelar laporan keuangan pada bagian kedua. Laporan keuangan sengaja diberikan bukan dalam bentuk tabel dan langsung diberi penjelasan untuk membantu pembaca menempatkan angka realisasi anggaran terhadap rencana anggaran di proposal dan realisasi di lapangan.
Laporan Kegiatan
A. Laporan Pelaksanaan
Ada tiga acara pokok yang telah dilangsungkan dalam “1 Nusa 1 Bangsa 1 Bahasa 1 Bumi”. Dua acara, yakni pendidikan sains alam-bebas dan sarasehan bahasa bersama porter dan pemandu lokal, merupakan sebentuk promosi untuk mengundang minat warga desa berkunjung dan belajar apa saja di taman bacaan desa.
Pertama, acara pendidikan sains dan humaniora luar-ruangan untuk 140 murid SD dan 125 murid TK dengan sekali rehat kacang hijau. Berlangsung mulai jam tujuh pagi sampai sebelas siang, acara ini membuka enam pos eksperimen, yakni
1. Roket Air (fisika/kimia)
2. Gunungapi (kimia/vulkanologi)
3. Telepon Kaleng (fisika/bahasa)
4. Sulap Balon (fisika)
5. Erosi (fisika/lingkungan hidup)
6. Elektromagnet (fisika/geografi)
Acara ditutup dengan kuis sains memperebutkan cindera-mata tas pemberian XL dan Gravel, serta buku baru yang khusus dirogoh dari kocek kas Pangrango. Cindera-mata menjadi milik penjawab sukses dan buku disumbangkan sang pemenang kepada taman bacaan desa yang bakal diresmikan. Acara ini sedari dini membiasakan anak menyumbang kelebihan otak mereka bagi bangsanya.
Untuk murid TK tidak dibuka pos percobaan sains dan humaniora melainkan origami sederhana untuk merangsang koordinasi antara motorik (otot), kognisi (berpikir), dan afeksi (daya cipta).
Acara kedua adalah peresmian taman bacaan oleh Kepala Desa Ranupani dan wakil PT Excelcomindo Pratama (Tbk) Sabtu siang usai acara pendidikan. Taman Bacaan ini diberi nama “RUMBA RANUPANI”. “RUMBA” artinya “rumah baca”. Taman bacaan baru ini, yang berada di depan Kantor Kelurahan Desa Ranupani, adalah milik warga Desa Ranupani dan terbuka untuk dikunjungi semua orang.
Ada satu perusahaan yang menyumbang satu televisi berukuran 29 inch dan DVD Player bagi “RUMBA RANUPANI”. Perkakas elektronik itu akan menjadi sarana belajar multimedia tambahan yang diharapkan mengundang lebih banyak warga desa belajar di taman bacaan.
Satu hal lain yang perlu dilaporkan adalah datangnya sumbangan buku organisasi pencinta alam SMAN IV Probolinggo pada Sabtu sore. Sumbangan ini diterima oleh Koordinator Taman Bacaan “1 Nusa 1 Bangsa 1 Bahasa 1 Bumi”.
Para siswa SMAN IV Probolinggo bertungkus-lumus menggalang buku dan membawanya sendiri dengan motor roda-dua ke Desa Ranupani. Lebih daripada memberi buku, mereka berkomitmen memasukkan “RUMBA RANUPANI” dalam agenda kegiatan sosial tahunan organisasi.
Dengan demikian per 27 Oktober 2007 sudah ada satu komunitas Jawa Timur yang berkomitmen bakal ikut merawat taman bacaan ini. Diharapkan akan datang lebih banyak lagi organisasi di sekitar TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) yang mau ikut mengisi acara rutin di “RUMBA RANUPANI”.
Acara pokok ketiga berupa Sarasehan Ekowisata. Acara dimulai pada Sabtu jam empat sore dan dihadiri oleh sekitar 40 porter dan pemandu lokal Desa Ranupani. Acara ini mau menekankan pada hadirin bahwa kemahiran bercakap-cakap dalam bahasa Inggris dengan turis mancanegara bakal membuka peluang mereka mendapat pendapatan sedikit lebih.
Untuk mencapai hal itu Komunitas Pangrango membuat buku panduan percakapan sederhana bahasa Inggris yang dianggap kudu dikuasai seorang porter. Apabila mereka ingin lebih mahir berbahasa asing, tim ekowisata mempersilakan para porter dan pemandu datang ke “RUMBA RANUPANI”.
Tiga pokok acara “1 Nusa 1 Bangsa 1 Bahasa 1 Bumi” usai ketika malam tiba di Desa Ranupani. Setelah jalan-jalan semalaman di sekitar Desa Ranupani, hampir semua anggota tim pelaksana hari-H turun dari Desa Ranupani pada Minggu sore 28 Oktober 2007.
Rabu, 25 Mei 2011
Contoh Artikel
Apotek Belum Pasang Harga Obat di Kemasan
KOTA, WARTA KOTA–Meski Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 069/Menkes/SK/II/2006 tentang Pencantuman Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Kemasan Obat mulai berlaku 3 Agustus, belum semua apotek melaksanakannya. Tak sedikit apotek yang belum menempelkan label harga pada setiap kemasan obat yang dijual ke masyarakat. Kurangnya sosialisasi dan kendala teknis, yakni tenaga dan waktu, menjadi alasan para pemilik apotek belum menaati kewajiban itu.Faisal, Wakil Administrasi Apotek Beji, Depok, mengaku baru tahu adanya keputusan menteri itu dua pekan silam. Beberapa obat memang sudah diberi label harga seperti obat bebas dan vitamin, tapi obat yang dibeli dengan resep dokter banyak yang belum dilabeli. Kendala teknisnya yaitu tenaga dan waktu untuk memberikan label pada setiap kemasan. Soalnya, jumlahnya mungkin mencapai ribuan jenis. “Baru tahu dua minggu lalu dari Ikatan Sarjana Farmasi. Mudah-mudahan bulan depan label harga obat sudah ditempelkan di setiap kemasan,” kata Faisal saat ditemui Warta Kota, Rabu (9/8).
Hal yang sama juga terjadi di Apotek Pala Farma di Jalan Nusantara, Depok. Baru sebagian kemasan obat yang diberi label harga. Susilo, pegawai Pala Farma, sudah mengetahui aturan itu sejak Maret lalu, namun keterbatasan tenaga menjadi kendala untuk menjalankan kewajiban itu. “Kalau mau ngerjain ini (menempelkan label harga di kemasan obat –Red), lalu yang melayani konsumen siapa,” katanya. Untuk menyampaikan harga obat kepada konsumen, dia memperlihatkan daftar harga obat yang ditaruh di dalam map plastik.
Sementara Apotek “G” di kawasan Jakarta Barat belum mencantumkan label sama sekali di kemasan obat. Bahkan Listya, Asisten Apoteker Apotik “G” mengaku belum mengetahui adanya ketentuan itu. “Belum denger tuh,” katanya singkat.
Konsumen sendiri, agaknya tidak terlalu mempedulikan adanya ketentuan Kepmenkes. “Sudah percaya saja. Karena saya tahu harga di sini lebih murah. Kalau enggak ada, baru cari di apotek lain,” ujar Ny Nayla yang ditemui di Apotek Beji ketika menebus obat alergi untuk anaknya sebesar Rp 175.000.
Santo juga demikian. Dia tidak terlalu pusing soal harga. Kalaupun menanyakan harga ke apotek, ketika mendapat resep dokter, tujuannya hanya untuk mengetahui apakah uang yang dibawa cukup. “Membeli obat kan hanya kalau sakit saja, itupun jarang. Jadi soal harga ya pasrah saja dengan harga yang ditetapkan apotek,” katanya.
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Soepari mengeluarkan Kepmenkes Nomor 069/Menkes/SK/II/2006 tanggal 7 Februari lalu tentang Pencantuman Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Kemasan Obat. Namun keputusan itu berlaku efektif mulai 3 Agustus 2006. Kepmenkes itu berujuan untuk menginformasikan harga obat yang lebih transparan ke konsumen. HET dihitung dari harga netto obat di apotek ditambah pajak pertambahan nilai (PPN) 10 persen, plus margin untuk apotek sebesar 25 persen. Menkes mengaku, saat ini pemerintah sulit mengontrol harga obat baik yang dilepas oleh produsen farmasi maupun yang ditetapkan apotek.
Sementara itu, pihak apotek juga mengaku tidak mengambil margin keuntungan yang banyak. Faisal mengakui jarang sekali mengambil margin sampai 25 persen. Paling banyak 20 persen. Begitu juga Listya. “Apotek di sini jarang mengambil margin sampai 25 persen. Persaingan ketat, kalau mahal-mahal pelanggan bisa lari,” katanya.
Pada bagian lain, konsumen sudah cukup pintar menyikapi harga obat. Misalnya dengan membeli obat generik. Padahal, saat ini ada juga obat paten yang lebih murah ketimbang obat generik. Contohnya, jenis simfastatin (untuk kolesterol). Obat generiknya Rp 1.500/tablet sedangkan obat paten Rp 1.000/tablet. (Iis)
Sumber: Warta Kota
KOTA, WARTA KOTA–Meski Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 069/Menkes/SK/II/2006 tentang Pencantuman Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Kemasan Obat mulai berlaku 3 Agustus, belum semua apotek melaksanakannya. Tak sedikit apotek yang belum menempelkan label harga pada setiap kemasan obat yang dijual ke masyarakat. Kurangnya sosialisasi dan kendala teknis, yakni tenaga dan waktu, menjadi alasan para pemilik apotek belum menaati kewajiban itu.Faisal, Wakil Administrasi Apotek Beji, Depok, mengaku baru tahu adanya keputusan menteri itu dua pekan silam. Beberapa obat memang sudah diberi label harga seperti obat bebas dan vitamin, tapi obat yang dibeli dengan resep dokter banyak yang belum dilabeli. Kendala teknisnya yaitu tenaga dan waktu untuk memberikan label pada setiap kemasan. Soalnya, jumlahnya mungkin mencapai ribuan jenis. “Baru tahu dua minggu lalu dari Ikatan Sarjana Farmasi. Mudah-mudahan bulan depan label harga obat sudah ditempelkan di setiap kemasan,” kata Faisal saat ditemui Warta Kota, Rabu (9/8).
Hal yang sama juga terjadi di Apotek Pala Farma di Jalan Nusantara, Depok. Baru sebagian kemasan obat yang diberi label harga. Susilo, pegawai Pala Farma, sudah mengetahui aturan itu sejak Maret lalu, namun keterbatasan tenaga menjadi kendala untuk menjalankan kewajiban itu. “Kalau mau ngerjain ini (menempelkan label harga di kemasan obat –Red), lalu yang melayani konsumen siapa,” katanya. Untuk menyampaikan harga obat kepada konsumen, dia memperlihatkan daftar harga obat yang ditaruh di dalam map plastik.
Sementara Apotek “G” di kawasan Jakarta Barat belum mencantumkan label sama sekali di kemasan obat. Bahkan Listya, Asisten Apoteker Apotik “G” mengaku belum mengetahui adanya ketentuan itu. “Belum denger tuh,” katanya singkat.
Konsumen sendiri, agaknya tidak terlalu mempedulikan adanya ketentuan Kepmenkes. “Sudah percaya saja. Karena saya tahu harga di sini lebih murah. Kalau enggak ada, baru cari di apotek lain,” ujar Ny Nayla yang ditemui di Apotek Beji ketika menebus obat alergi untuk anaknya sebesar Rp 175.000.
Santo juga demikian. Dia tidak terlalu pusing soal harga. Kalaupun menanyakan harga ke apotek, ketika mendapat resep dokter, tujuannya hanya untuk mengetahui apakah uang yang dibawa cukup. “Membeli obat kan hanya kalau sakit saja, itupun jarang. Jadi soal harga ya pasrah saja dengan harga yang ditetapkan apotek,” katanya.
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Soepari mengeluarkan Kepmenkes Nomor 069/Menkes/SK/II/2006 tanggal 7 Februari lalu tentang Pencantuman Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Kemasan Obat. Namun keputusan itu berlaku efektif mulai 3 Agustus 2006. Kepmenkes itu berujuan untuk menginformasikan harga obat yang lebih transparan ke konsumen. HET dihitung dari harga netto obat di apotek ditambah pajak pertambahan nilai (PPN) 10 persen, plus margin untuk apotek sebesar 25 persen. Menkes mengaku, saat ini pemerintah sulit mengontrol harga obat baik yang dilepas oleh produsen farmasi maupun yang ditetapkan apotek.
Sementara itu, pihak apotek juga mengaku tidak mengambil margin keuntungan yang banyak. Faisal mengakui jarang sekali mengambil margin sampai 25 persen. Paling banyak 20 persen. Begitu juga Listya. “Apotek di sini jarang mengambil margin sampai 25 persen. Persaingan ketat, kalau mahal-mahal pelanggan bisa lari,” katanya.
Pada bagian lain, konsumen sudah cukup pintar menyikapi harga obat. Misalnya dengan membeli obat generik. Padahal, saat ini ada juga obat paten yang lebih murah ketimbang obat generik. Contohnya, jenis simfastatin (untuk kolesterol). Obat generiknya Rp 1.500/tablet sedangkan obat paten Rp 1.000/tablet. (Iis)
Sumber: Warta Kota
contoh resensi novel
Resensi
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah:
1) Ikal
2) Lintang; Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara
3) Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah
4) Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam
5) A Kiong;Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman
6) Syahdan; Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz
7) Kucai; Mukharam Kucai Khairani
8)Borek alias Samson
9) Trapani; Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari
10) Harun; Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan
Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik.
Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Naskah Laskar Pelangi telah diadaptasi menjadi sebuah film berjudul sama dengan bukunya.Film Laskar Pelangi akan diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza.
Laskar Pelangi adalah karya pertama dari Andrea Hirata. Buku ini segera menjadi Best Seller yang kini
kita ketahui sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.
Sinopsis
Cerita terjadi di desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai darisanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah
contoh pidato
Assalamulaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera...
Bapak-bapak, ibu-ibu dan suadara-saudara, bagi kita kesehatan sangatlah penting, tidak ada gunanya harta berlimpah jika tubuh tidak sehat.
Dengus. Tersedu-sedu. Bersin. Terkena pilek atau flu (influenza) tidak akan menyenangkan atau sehat untuk tubuh. Kita terasa sakit dan harus tidak menghadiri sekolah, tempat kerja dan hal-hal lain yang penting. Kabar buruk adalah bahwa tidak ada perawatan untuk menyembuhkan pilek atau flu. Kabar baik adalah bahwa ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah dari jatuh sakit. Ikutilah petuah sederhana berikut untuk tetap sehat sepanjang tahun.
- Tutup mulut sewaktu batuk. Tutup mulut dan hidung Anda sewaktu Anda bersin atau batuk. Gunakan tisu, kemudian buang tisu tersebut, atau bersin pada lengan Anda.
- Cuci tangan Anda.
Mencuci tangan merupakan cara nomor satu untuk mencegah dari menularkan penyakit. Cuci dengan sabun dan air atau gunakan pembersih tangan dengan alkohol. Ingat, mencuci tangan
menyelamatkan nyawa!
- Tinggal di rumah ketika Anda sedang sakit. Jika Anda jatuh sakit, jangan ditularkan kepada orang lain. Hindari dari berada dekat dengan orang lain. Jika bisa,
- tinggal di rumah dan jangan ke sekolah dan tempat kerja, atau melakukan tugas ketika Anda sedang sakit. Juga, jika Anda merawat diri Anda, Anda akan sembuh dengan lebih cepat.
- Dapatkan imunisasi flu Anda. Cara terbaik untuk mencegah flu adalah mendapatkan
imunisasi flu setiap tahun. Bulan Oktober atau November merupakan waktu terbaik untuk mendapatkan suntikan flu, tetapi Anda masih dapat menerima suntikan pada bulan
Desember atau kemudiannya.
Salam sejahtera...
Bapak-bapak, ibu-ibu dan suadara-saudara, bagi kita kesehatan sangatlah penting, tidak ada gunanya harta berlimpah jika tubuh tidak sehat.
Dengus. Tersedu-sedu. Bersin. Terkena pilek atau flu (influenza) tidak akan menyenangkan atau sehat untuk tubuh. Kita terasa sakit dan harus tidak menghadiri sekolah, tempat kerja dan hal-hal lain yang penting. Kabar buruk adalah bahwa tidak ada perawatan untuk menyembuhkan pilek atau flu. Kabar baik adalah bahwa ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah dari jatuh sakit. Ikutilah petuah sederhana berikut untuk tetap sehat sepanjang tahun.
- Tutup mulut sewaktu batuk. Tutup mulut dan hidung Anda sewaktu Anda bersin atau batuk. Gunakan tisu, kemudian buang tisu tersebut, atau bersin pada lengan Anda.
- Cuci tangan Anda.
Mencuci tangan merupakan cara nomor satu untuk mencegah dari menularkan penyakit. Cuci dengan sabun dan air atau gunakan pembersih tangan dengan alkohol. Ingat, mencuci tangan
menyelamatkan nyawa!
- Tinggal di rumah ketika Anda sedang sakit. Jika Anda jatuh sakit, jangan ditularkan kepada orang lain. Hindari dari berada dekat dengan orang lain. Jika bisa,
- tinggal di rumah dan jangan ke sekolah dan tempat kerja, atau melakukan tugas ketika Anda sedang sakit. Juga, jika Anda merawat diri Anda, Anda akan sembuh dengan lebih cepat.
- Dapatkan imunisasi flu Anda. Cara terbaik untuk mencegah flu adalah mendapatkan
imunisasi flu setiap tahun. Bulan Oktober atau November merupakan waktu terbaik untuk mendapatkan suntikan flu, tetapi Anda masih dapat menerima suntikan pada bulan
Desember atau kemudiannya.
Langganan:
Postingan (Atom)